Subhanallah,
gema takbir yang berkumandang di negeri ini. Alhamdulillah, kita telah diberi
nikmat kesehatan dan kekuatan untuk menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.
Karena, tanpa nikmat darinya kita tak bisa berbuat apa-apa, lemah tak berdaya.
Dan tidak terlepas dari semua itu, kita telah sampai pada hari ini, hari dimana
semua orang bergembira merayakan kemenangannya yang diawali dengan
mengumandangkan takbir, menunaikan ibadah sholat Id, dan bersilaturrahim ke
sanak saudara.
Hari
raya idul fitri merupakan hari dimana semua muslim terlahir kembali, dalam
keadaan bersih dan suci karena Allah telah mengampuni semua dosa-dosa mereka.
Allah berkata kepada para malaikat di dalam hadits qudsi-Nya, menyuruh semua
malaikat menyaksikan ummat Muhammad yang menjalankan ibadah sholat Id yangmana
semua dosa-dosa mereka diampuni Allah swt. Dan sungguh betapa bahagianya kita
karena dosa-dosa kita telah diampuni. Namun beda halnya dengan makhluk ciptaan
Allah yang bernama Iblis. Mereka, mereka merasakan kesedihan yang luar biasa
karena semua usaha yang telah mereka lakukan untuk membujuk dan merayu semua
umat manusia agar terjerumus dalam lingkaran dosa-dosa menjadi percuma lantaran
Allah telah mengampuni semua umat Muhammad yang telah bertaubat. Dan saat ini
para iblis sedang murka, kembali bersama bala tentaranya membujuk dan merayu
umat manusia untuk melakukan perbuatan dosa.
Menuju
ke inti dari judul artikel ini, yaitu ulat dan ular yang dijadikan sebagai
filosofi di dalam bulan syawal ini. Ulat merupakan salah satu binatang yang
dibenci oleh manusia. Kehadirannya selalu disertai dengan kerusakan-kerusakan
yang dibuat olehnya. Setiap ada seekor ulat yang terlihat oleh manusia, dia
(manusia) langsung membuangnya atau bahkan membunuhnya karena merasa jijik dan
membuat kulit terasa gatal apabila tersentuh oleh ulat. Diceritakan, suatu
ketika seekor ulat mengadu kepada nabi Sulaiman. Ulat tersebut mengadu kenapa
hidupnya begitu malang sekali, semua manusia merasa jijik terhadapnya, dibuang
bahkan dibunuh. Lalu dia bertanya bisakah dia menjadi makhluk yang mulia?”.
Lalu nabi Sulaiman (atas perintah Allah) menyuruh ulat tersebut untuk berdiam, berpuasa,
berdzikir, dan jangan berjalan-jalan, karena di setiap perjalanan yang ia buat,
ia akan selalu membuat kerusakan.
Kemudian,
ulat tersebut pun berdiam, tidak makan, dan selalu berdzikir kepada Allah
hingga ia menjadi kepompong. Teringat semasa kecilku, aku pernah bermain dengan
kepompong, aku menyebutnya entong-ntong
(red. Jawa), dengan berkata “entong-ntong,
endi lor endi kidul?” dalam bahasa artinya “kepompong, mana utara mana
selatan?”, lalu kepompong tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan sekarang
aku baru berpikir, mungkin kepompong tersebut sedang berdzikir kepada Allah.
Lanjut cerita, akhirnya kepompong tersebut menjadi sebuah kupu-kupu. Kini,
manusia yang tadinya benci dan jijik terhadap ulat berubah menjadi suka
terhadap ulat tesebut yang telah menjadi kupu-kupu. Tidak hanya nama saja yang
berubah, makanannya yang semula hanya kotoran-kotoran kini menjadi madu. Subhanallah.
Namun
lain cerita dengan hewan yang bernama ular. Ular yang merupakan hewan berdarah
dingin dan bersifat karnivora tidak hanya dibenci dan dibunuh oleh manusia akan
tetapi keberadaannya selalu ditakuti. Sebab, dengan bisanya dan gigitannya yang
beracun menyebabkan manusia kehilangan nyawa. Kita bisa lihat ketika ular
berubah, hanya kulitnya saja yang berganti, nama dan instingnya tetaplah ular.
Sehingga menyebabkan hewan ini termasuk hewan buas yang ditakuti dan
menyebabkan kematian.
Layaknya
kita sebagai umat Islam yang telah berpuasa satu bulan penuh untuk jihaadun nafsi berperang melawan hawa
nafsu seharusnya tidak berhenti di bulan Ramadhan saja melainkan terus menjaga
lisan, hati, fikiran dan tingkah laku dari perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh sang kholiq di bulan-bulan
berikutnya hingga bertemu lagi dengan bulan Ramadhan. Itulah hakikat dari
sebuah fitri, kembali ke fitrahnya yakni manusia dalam keadaan suci ketika ia
lahir di dunia ini. Bukan malah sebaliknya, setelah keluar dari bulan Ramadhan
justru malah mengumbar hawa nafsu, membiarkan lisan, hati, fikiran dan tingkah
laku untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah.
Semoga
kita tetap diberikan kekuatan untuk terus istiqomah
dan meningkatkan taqwa kita kepada Allah swt. hingga bertemu lagi dengan
bulan agung yakni bulan suci Ramadhan di tahun berikutnya. Demikianlah sebuah
filosofi ulat dan ular di bulan Syawal. Taqabbalallahu minna wa minkum,
shiyamana wa shiyamikum, taqabbal ya karim, Ja’alanallahu wa iyyakum minal
‘aidin wal faizin kullu ‘amin wa antum bikhoir. Selamat hari raya Idul Fitri 1
Syawal 1437 H. Mohon maaf lahir dan batin.